RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengungkapkan alasan perusahaan asal Amerika Serikat (AS), Air Products and Chemicals Inc, angkat kaki dari Proyek Strategis Nasional (PSN) gasifikasi batu bara di Tanjung Enim, Sumatera Selatan karena pengembangan bisnis di AS lebih menarik daripada di Indonesia.

Selain itu, pemerintah AS juga menawarkan subsidi, khususnya bagi pengembangan proyek energi baru dan terbarukan (EBT).

Tidak hanya keluar dari proyek yang digagas oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tersebut, Air Products and Chemicals juga angkat kaki dari proyek hilirisasi batu bara lainnya di Indonesia.

Sementara itu, PTBA tetap berkomitmen mendukung pemerintah dengan melaksanakan program hilirisasi di sektor batu bara meski kehilangan partner dalam pengembangan proyek tersebut.

Corporate Secretary PTBA, Niko Chandra mengatakan untuk merealisasikan program hilirisasi berjalan optimal, perusahaan telah mengalokasikan cadangan batu bara yang dikhususkan untuk pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) sebagai sentra industri berbasis hilirisasi dan energi.

“PTBA telah mengalokasikan cadangan batu bara khusus untuk proyek hilirisasi, sehingga kebutuhan batu bara untuk industri hilirisasi dapat terjamin,” katanya.

Proyek gasifikasi batu bara yang digagas PTBA ditetapkan sebagai PSN melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 109 Tahun 2020, yang diteken Presiden Jokowi 17 November 2020 lalu.

Proyek gasifikasi batu bara merupakan pemrosesan batu bara menjadi dimethyl ether (DME) untuk digunakan sebagai alternatif pengganti LPG. Proyek ini awalnya dikembangkan dan dilaksanakan bersama antara PTBA PT Pertamina (Persero), dan Air Products and Chemicals Inc sebagai investor dengan nilai investasi berkisar US$2,1 miliar.

Namun, Air Products and Chemicals Inc kini memutuskan hengkang dari proyek itu.