Apa Implikasinya?

Melambatnya ekonomi global di tengah pandemic Covid-19 telah berdampak pada pertumbuhan ekonomi semua negara, terutama negara-negara berkembang. Ekonomi setiap negara akan mengalami tekanan besar pada berbagai sektor seperti merosotnya kinerja ekspor, investasi tertekan, meningkatnya ketimpangan pendapatan dan kemiskinan, serta terbatasnya ruang kebijakan fiskal dan moneter akibat peningkatan utang luar negeri. Industri manufaktur dan padat karya di Indonesia akan mengalami dampak signifikan ketika produksi dan distribusi harus mengatur shift kerja dan pengurangan jumlah tenaga kerja untuk menghindari penyebaran masif Covid-19.

RRC sebagai negara pertama wabah Covid-19 terpaksa harus memangkas 12-15% sektor manufaktur akibat penyebaran Covid-19. Hal ini akan mengurangi pendapatan perusahaan sekaligus tenaga kerja dan berpengaruh pada menurunnya daya beli masyarakat.

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang selama ini banyak ditopang oleh kenaikan tingkat konsumsi akan terdampak signifikan.

Dampaknya nyata dari ketidakmenentuan ekonomi global juga terlihat dari anjloknya pasar saham, secara year to date (ytd) kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tercatat anjlok 31,25% (per 18 Maret 2020), Indeks Bursa Efek Filipina turun 24% (per 16 Maret 2020).

Indeks FTSE MIB merosot hingga 38% dibandingkan posisi pada awal tahun (ytd) di Italia. Demikian pula indeks Hang Seng yang sudah turun hingga 15 %.

situasi serupa juga terjadi di sektor pasar valuta asing. Mata uang Rupiah terdepresiasi terhadap valuta asing terutama Dollar AS. Nilai tukar 1 USD mencapai Rp 16.550 (per 23 Maret 2020) disertai dengan capital outflow mencapai hampir Rp.100 T.

di sektor perdagangan juga mengalami kondisi defisit neraca perdagangan per Januari 2020 sebesar US$ 870 juta. sementara itu, sektor pariwisata yang menjadi andalan mengalami pukulan telak, setelah pertumbuhan wisatawan year on year hanya 4% di tahun 2019, maka tahun 2020 semakin turun.