“Kita harus kolektif sehingga tujuan 33% bisa tercapai” lanjutnya.

Disisi lain, kata Budiawansyah, sebagai kontribusi pada kondisi alam, PT Vale Indonesia melakukan reklamasi lahan bekas tambang sebagai salah satu bukti nyata. Dia memaparkan, per Agustus 2024, terdapat 3.818 hektar (ha) lahan yang telah direklamasi oleh pihaknya.

Sebagai langkah untuk mengembalikan kondisi lahan setelah aktivitas pertambangan pun PT Vale juga menanam 700.000 bibit per tahun dengan 60% adalah bibit pohon endemik seperti Ebony (Diospyros celebica) dan yang sedang dipamerkan adalah Dengen (Dillenia serat).

Selain mereklamasi, PT Vale juga sangat berfokus pada menjaga keseimbangan People, Planet and Profit (3P).

“Keseimbangan ini seperti mengambil kredit untuk anak cucu sembari menyisakan untuk masa depan. Salah satu contohnya adalah dimana PT Vale beroperasi di dekat dengan danau Matano yang merupakan danau yang sensitif dan sumber besar bagi manusia,”terangnya.

Budiawansyah menambahkan, bahwa PT Vale beroperasi dalam tempat yang sensitif yaitu danau Matano, jika salah olah bisa coklat danaunya.

“Tantangan kami adalah jika pengolahan kami tidak baik maka akan merusak lingkungan,” bebernya.

Menghadapi tantangan dari berbagai pihak, Budiawansyah menjelaskan, bagaimana PT Vale menyelesaikan Key Programs salah satunya menghilangkan 11 juta liter HSFO menggunakan konversi electric boiler ramah lingkungan nomor satu.

“Selanjutnya adalah mengurangi kadar air dalam bijih, sehingga mengurangi bahan bakar untuk pengering. Ini adalah upaya bagaimana secara teknologi kita menghasilkan energi yg maksimal tetapi tetap ramah lingkungan” ungkap Budiawansyah dalam pemaparannya.

Selain Key Programs, PT Vale juga mengoperasikan tiga Hydro Plants dengan total investasi lebih dari $1 Miliar yang menjadikan operasi PT Vale sebagai pabrik RKEF dengan intensitas karbon terendah di Indonesia.