Zaman yang terus berkembang berdampak pada segala lini kehidupan. Pasar sebagai salah satu sendi kehidupan yang sangat penting pun tak luput dari modernisasi.

Alhasil, jenis pasar kini terbelah dua, menjadi pasar tradisional atau pasar lokal dan pasar modern. Di Kota Makassar, realita ini tak terhindarkan. Pasar-pasar modern  dengan bangunan megah dan penampilan rupawan berdiri di mana-mana.

Selain beda di sisi wajah, konsep transaksi jual beli dari dua jenis pasar ini juga berbeda. Pasar tradisional atau pasar lokal masih kental dengan konsep tawar menawar, sementara pasar modern minus tawar menawar,

Digempur dengan kehadiran pasar modern, apakah pasar tradisional atau pasar lokal itu bakal tersingkir, mati pelan-pelan?

Menurut Zainal Siko pegiat pasar dari Active Society Institute (AcSI), pasar lokal yang ada di Makassar mustahil tersingkirkan.

“Bagaimana pun modernnya kota ini, tetap budaya nusantara (tawar-menawar) tidak akan ada matinya,” tuturnya saat diwawancarai Rakyat.News belum lama ini.

Zainal juga turut memaparkan bukti masyarakat di kota sebesar Makassar pun masih akan menjatuhkan pilihan lebih banyak pada pasar lokal ketimbang pasar-pasar berkonsep modern.

“O iya dong, buktinya hari ini di Makassar semakin banyak pasar-pasar “liar”,” ucap Zainal yang lebih memilih sebutan pasar lokal ketimbang pasar tradisional.

Zainal juga mengajak untuk perhatikan pasar lokal lain seperti Pasar Kalimbu yang ada di Jl. Veteran. Orang-orang sibuk mulai jam 10 malam sampai jam 6 pagi. Dan panjangnya mulai dari lampu merah Jl. Bawakaraeng sampai melewati lampu merah Masjid Raya.

“Itu bertonase-tonase mobil hilir-mudik saking banyaknya orang mau makan sayur. Jadi, pasar lokal itu masih ada di hati masyarakat Makassar,” tandasnya.