Jakarta, Rakyat News – Keadaan ekonomi Indonesia dinilai sudah parah. Dikhawatirkan jika kondisi tersebut tidak segera diperbaiki, Indonesia akan mengalami krisis ekonomi lebih parah dari tahun 1997 lalu.

Aktivis tokoh Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari), yang dikutip rmol.co , Hariman Siregar mengatakan kondisi ekonomi yang kian memburuk itu nampak jelas dari kemampuan Indonesia dalam membayar utang luar negeri.

“Kemampuan bayar utang kita mengkhawatirkan,” katanya dalam acara Ngopi Ngerumpi bertajuk “Rakyat Miskin, Negara Terancam Bangkrut, Konsolidasi, Kita Bisa Apa?” di Kantor ILEW, Jalan Veteran I Nomor 33, Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (28/8).

Menurut dia, krisis ekonomi akan terjadi jika nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. Utamanya saat mencapai angka Rp 16 atau Rp 17 ribu per dolar AS.

“Jadi yang ditakutkan saat ini adalah kalau nanti dolar pecah ke 17 ribu atau 16 ribu. Pasti orang-orang narik uang,” ujarnya.

Jiika krisis ekonomi tersebut terjadi, lanjut Hariman, pasti lebih parah dari krisis ekonomi Indonesia tahun 1997. Sebab, saat ini tidak sedikit peredaran uang di dalam negeri dikuasai investor asing.

“Uang kita itu 40 persen lebih di tangan asing. Itu juga kesalahan pemerintah kita yang membolehkan orang asing membeli surat utang negara (SUN). Padahal di dunia manapun tidak boleh. Kalau bule-bule itu buang SUN, itu akan lebih parah dari tahun 97. Sekarang sudah lampu kuning. Kalau saya bilang lampu merah,” urai Hariman. (RMOL)