Dengan total kapasitas mencapai 365 MW, inisiatif ini membantu PT Vale untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara signifikan.

“Industri ekstraktif, terutama pyrometallurgy, membutuhkan energi besar. Oleh karena itu, kami telah menerapkan kebijakan penggunaan energi terbarukan, termasuk PLTA dan biofuel,” jelasnya.

PT Vale juga menggunakan biodiesel B30 untuk membersihkan energi, yang diharapkan dapat mengurangi emisi sekitar 700.000 ton CO2eq pada tahun 2030.

Sementara itu, rehabilitasi lahan pasca-tambang menjadi prioritas utama dalam menjaga lingkungan, dengan PT Vale telah mereklamasi seluas 3.818 hektare di area bekas tambang dan menanam 700.000 bibit pohon setiap tahunnya.

“Kami juga memikirkan strategi efisiensi energi lainnya, seperti memindahkan lokasi fixed plant lebih dekat untuk mengurangi jarak tempuh truk, serta menerapkan mobile screening. Selain itu, penggunaan teknologi seperti liners di PLTA meningkatkan efisiensi energi,” ungkapnya.

PT Vale juga mencatat peningkatan efisiensi energi yang signifikan dengan total penggunaan energi mencapai 30,97 juta gigajoule (GJ) dan intensitas energi sekitar 437,9 GJ per ton nikel. Upaya PT Vale sejalan dengan semangat nasional yang bertujuan mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) serta upaya global dalam mitigasi perubahan iklim.

PT Vale Mengedukasi Pentingnya Good Mining Practices pada Industri Pertambangan di ICCF

PT Vale turut serta dalam acara Indonesia Climate Change Expo & Forum (ICCEF) di Balikpapan dengan memperkenalkan Good Mining Practices (GMP) dalam operasi pertambangan. Mereka juga memamerkan produk olahan buah dengen sebagai contoh produksi UMKM dari Luwu Timur.

Tim PT Vale menjelaskan bagaimana perusahaan telah menerapkan praktik keberlanjutan selama 56 tahun dalam interaksi dengan masyarakat dan menjaga lingkungan.

Salah seorang Pengunjung acara, Ratih, menyambut baik upaya reklamasi pasca-tambang yang dilakukan oleh PT Vale, serta terkesan dengan edukasi yang diberikan.