SEMARANG – Eceng gondok merupakan tanaman yang sebagian orang memahaminya sebagai tanaman tak bernilai kini menempati posisi kelas unggulan ditangan para pengrajin.

Salah satunya adalah “Bengok Craft” yang ada di Kesongo, Tuntang Semarang, Jawa Tengah telah berhasil dengan produk-produknya berbahan dasar eceng gondok.

Astaria Eka Santi selaku Business Development Bengok Craft mengungkap perjalanan olahan eceng gondok di daerahnya itu hingga berhasil terpajang di kanca mancanegara.

Astaria mengatakan dirinya yang sempat bingung dengan berbagai tantangan yang ada saat ini telah mampu melewati sebagian dari hal tersebut.

“Ada beberapa tantangan yang kami hadapi dalam proses pembuatan produk eceng gondok ini. Bukan karena bahannya melainkan model dan juga permintaan sejumlah varian bentuk yang diinginkan kostumer,” katanya, Sabtu (22/7).

Ia juga mengungkapkan nilai atau harga yang ditawarkan untuk bahan baku eceng gondok dari masyarakat sekitar awalnya hanya Rp1000.

Saat ini kisaran eceng gondok pun mulai kian membaik dengan di kisaran harga Rp 5000 hingga Rp 6000 per kilo.

Harga dan item produk dari Bengok Craft pun semakin beragam yang telah mencapai 120 jenis dari tiga kategori yakni; home dekor, fashion, dan alas kaki.

“Dari modal awal kurang dari Rp 5 juta saat ini telah mampu menghasilkan hingga Rp 40 juta per bulan nya. Karena penjualan bukan hanya dilakukan di wilayah Indonesia saja tapi telah menjangkau negara lain seperti; Jepang, Polandia dan Italia,” terangnya.

Astaria membeberkan harga pasaran produk untuk dalam negeri di mulai dari harga Rp50 ribu hingga Rp200 ribu. Untuk pemasaran diluar negeri berkisar antara 5 ribu hingga 6 ribu dolar.

Sementara, owner Bengok Craft, Firman mengapresiasi adanya dukungan dari pihak Bank Indonesia yang telah memberikan kontribusi atas usahanya tersebut.

Firman menyebutkan beberapa upaya yang dilakukan pihak perbankan telah mampu mengantarkannya pada gerbang internasional dari produk berbahan dasar eceng gondok itu.

“Walau terbilang sampah, tapi dengan bantuan perbankan dalam hal ini Bank Indonesia kami yang berjumlah 20 orang dalam proses produksi sangat terbantu karena telah menjadi support sistem dalam peningkatan Bengok Craft,” paparnya.

Firman pun mengatakan dari arahan dan juga inisiasi BI dirinya mampu membangun komunikasi dengan para pengrajin.

“Bukan hanya diajarkan untuk bisa membangun komunikasi tapi kami juga diberj peluang untuk ikutserta dalam event pameran kerajinan tangan di luar negeri. Sehingga hal itu menjadi motivasi kembali untuk melakukan inovasi dalam karya produk yang lebih kreatif,” terangnya.