RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Pemerintah akan mencari opsi baru untuk impor minyak mentah jika konflik di Timur Tengah semakin memanas.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif mengatakan, Afrika Selatan dan Amerika Latin bisa menjadi negara eksportir.

“Mungkin ada yang baru, Guyana, Mozambique. Nah kita itu harus jangka panjangnya,” kata Arifin di Kantor Dirjen Migas ESDM, Jakarta, Jumat (19/4/2024), mengutip CNNIndonesia.com.

Ia juga mengungkap, Indonesia mengimpor minyak mentah sebanyak 240 barel per hari. Terbanyak dari Arab Saudi.

Selain itu, juga mengimpor 600 ribu barel per hari Bahan Bakar Minyak (BBM) dari Singapura, Malaysia, dan India.

Untuk mengantisipasi perang di Timur Tengah, kata Arifin,dalam jangka pendek pihaknya juga bakal segera merevisi aturan penyaluran BBM subsidi.

Adapun aturan yang dimaksud adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Namun, untuk merevisi aturan ini, pemerintah bakal mengkajinya setelah Juni 2024.

“Kemarin sudah kami bahas di rapat. Jadi kami masih tahan sampai Juni, kami upayakan dengan stok yang ada. Nah, selesai Juni memang harus ada (revisi),” ucap Arifin.

Konflik antara Iran-Israel semakin memanas. Hal ini terjadi setelah Israel menyerang balik Iran pada Kamis (18/4/2024) malam waktu setempat. Sebuah ledakan terdengar di kota Ghahjaworstan di Iran, yang terletak di barat laut kota Isfahan.

Serangan rudal ini memicu kekhawatiran bahwa pasokan minyak Timur Tengah dapat terganggu.

Tak lama usai serangan itu, harga minyak melesat naik 3 persen. Kedua acuan harga minyak internasional pun naik 3 persen, meski saat pembukaan perdagangan harga minyak turun tipis.

Kontrak berjangka Brent naik US$2,63 atau 3 persen menjadi US$89,74 per barel. Sementara, kontrak West Texas Intermediate AS (WTI AS) naik US$2,56 atau 3,1 persen menjadi US$84,66 per barel.