JAKARTA – Pada Agustus 2022 kemarin ditengah krisis ekonomi yang melanda, Sri Lanka alami inflasi dengan angka yang menembus 70,2 persen.

Baca Juga: Tangani Dampak Inflasi, Andi Sudirman: Kerja Sama Harus Serempak

Departemen Sensus dan Statistik menyebutkan indeks harga konsumen nasional (CPI) tersebut meningkat dari angka sebelumnya yang sebesar 66,7 persen pada Juli.

Harga makanan meningkat 84,6 persen, dan harga barang non makan melonjak 57,1 persen.

Bank Sentral Sri Lanka (CBSL) mengatakan pada Agustus bahwa tingkat inflasi akan moderat setelah mencapai puncaknya sekitar 70 persen karena lambatnya ekonomi negara tersebut.

NCPI menangkap inflasi harga eceran yang lebih luas dan dirilis dengan jeda 21 hari setiap bulan.

Indeks Harga Konsumen (CCPI) Kolombo yang dipantau lebih ketat, dirilis pada tiap akhir bulan, memperlihatkan peningkatan 64,3 persen pada Agustus.

Ini menjadi indikator utama untuk harga nasional dan menunjukkan bagaimana inflasi berkembang di kota terbesar di Sri Lanka.

Ekonomi Sri Lanka melemah 8,4 persen pada kuartal II/2022 dari tahun lalu. Ini adalah penurunan paling tajam yang terlihat dalam periode tiga bulan, di tengah kekurangan pupuk dan bahan bakar.

Kepala Penelitian Perusahaan Investasi First Capital, Dimantha Mathew mengatakan bahwa inflasi itu akan menurun pada September mendatang.

“Inflasi diperkirakan akan menurun mulai September,” jelasnya dilansir dari CNNIndonesia.com.

Meski demikian, inflasi akan cenderung moderat dan menyentuh satu digit pada kuartal kedua 2023.

“Namun, inflasi hanya cenderung moderat dan mencapai satu digit pada paruh kedua tahun 2023,” imbuhnya.