RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Pemerintah sebut harga BBM jenis Pertalite yang kini dibanderol dengan harga Rp10 ribu bisa kembali turun menjadi Rp7 ribu per liter.

“Kalau harga minyak di bawah US$60, baru (harga Pertalite bisa turun), kayak dulu,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (8/12/2023), dikutip dari CNNIndonesia.com.

Harga minyak turun ke level terendah dalam enam bulan pada Kamis (7/12/2023).

Seperti yang diberitakan Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen ke level US$74,05 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 4 sen ke level US$69,34.

Itu merupakan penutupan terendah bagi kedua patokan minyak mentah tersebut sejak akhir Juni. Penurunan terjadi karena investor khawatir permintaan energi di Amerika Serikat (AS) dan China bakal melemah.

Dari China kekhawatiran muncul karena kondisi ekonomi Negeri Tirai Bambu tersebut. Kekhawatiran terhadap perekonomian China dikhawatirkan membatasi kenaikan harga minyak.

Apalagi di saat bersamaan data Bea Cukai China menunjukkan bahwa impor minyak mentah pada November turun 9 persen dari tahun sebelumnya karena tingkat persediaan yang tinggi, indikator ekonomi yang lemah, dan melambatnya pesanan dari penyulingan independen yang menyebabkan melemahnya permintaan.

Pada September 2022, pemerintah menaikkan harga pertalite menjadi Rp10 ribu. Hal itu seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia buntut perang Rusia-Ukraina. Tahun lalu, harga minyak dunia menembus level di atas US$120 per barel.

Kenaikan harga BBM subsidi itu juga tak lepas dari proyeksi kuota APBN 2022 jebol akhir tahun.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani mengatakan subsidi energi bisa membengkak Rp198 triliun menjadi Rp700 triliun jika harga pertalite dan solar tak naik.