RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati ungkapkan perjalanan Indonesia melewati masa krisis saat proses reformasi panjang yang dipicu oleh krisis keuangan pada 1997-1998.

“Kita telah menjalani proses reformasi yang sangat panjang. Sebenarnya reformasi ini dipicu oleh krisis keuangan tahun 1997-1998 yang sangat merugikan Indonesia,” katanya dalam acara Indonesia-Europe Investment Summit 2023, Kamis (30/11), dikutip dari detikFinance.

Saat itu, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun sangat tajam yakni lebih dari 13% dan pemulihannya belum cukup cepat. Dengan krisis itu, banyak reformasi dilakukan. Tentu saja, kata Sri Mulyani, dari perbankan karena merupakan krisis finansial.

“Kita melakukan reformasi perbankan, bank sentral, OJK telah dibentuk. Kami juga memiliki reformasi investasi. Kami juga mempunyai instrumen utang yang baru kami buat, karena tiba-tiba pada saat itu karena biaya dana talangan (bailout) sistem perbankan,” katanya.

Sri Mulyani mengatakan, Kementerian Keuangan yang biasanya melakukan pinjaman bilateral dan multilateral, tiba-tiba memiliki obligasi.

“Saya masih mengingat dengan jelas momen itu. Salah satu orang yang bertanggung jawab mengelola utang dan dia berkata bahwa kami tidak pernah memiliki pengalaman ini,” katanya.

Lanjutnya, hal itu menjadi latar belakang lahirnya Undang-undang Perbendaharaan dan Undang-undang Keuangan Negara yang baru.

“Kami juga memiliki asuransi simpanan. Dan bisa dibayangkan perjalanan tahun 1997-1998 yang banyak reformasinya dimulai pada awal tahun 2000 hingga saat ini 23 tahun perjalanan Indonesia dalam reformasi tersebut,” katanya.

Namun, krisis 2008 kembali hadir. Menurutnya, hal itu menjadi ujian bagi Indonesia apakah benar-benar belajar dari masa lalu.

“Dan kemudian kita mengalami guncangan besar lainnya yaitu pandemi yang baru saja menghancurkan seluruh negara di dunia, seperti halnya keuangan global dan Indonesia yang terus bertahan,” ujarnya.