MAKASSAR, RAKYAT NEWS – Meskipun masih dalam fase kontraksi, kinerja perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan pada Triwulan IV 2020 mengalami perbaikan.

Ekonomi tercatat terkontraksi sebesar -0,62 persen (yoy), tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat -1,10 persen (yoy).

Dari sisi pengeluaran, perbaikan ditopang oleh peningkatan investasi sejalan dengan pembangunan sejumlah proyek pemerintah dan swasta serta berlanjutnya proyek strategis nasional untuk mendukung penyediaan infrastruktur konektivitas.

“Peningkatan investasi juga didukung oleh perbaikan penyaluran kredit investasi oleh perbankan dan stabilitas sistem keuangan yang terjaga” jelas Direktur Eksekutif Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan, Budi Hanoto, Jum’at (05/02/2021).

Di sisi lain, kinerja ekspor membaik sejalan dengan perbaikan kondisi negara mitra dagang utama serta kenaikan harga nikel dunia sebagai dampak dari tingginya permintaan industri mobil listrik dan terjaganya produksi lapangan usaha tambang.

Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh terkontraksi sejalan dengan pembatasan mobilitas yang kembali diberlakukan dalam upaya menekan lonjakan kasus COVID-19 di akhir tahun.

Sejalan dengan kondisi pada sisi pengeluaran, lapangan usaha konstruksi tercatat mengalami pertumbuhan yang meningkat, sejalan dengan penyaluran PEN Padat Karya bidang konstruksi.

Sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan positif dipengaruhi oleh base effect kontraksi pada periode yang sama tahun sebelumnya, ditengah produksi yang lebih terbatas pada musim tanam.

Selain itu, LU transportasi yang mengalami tekanan akibat COVID-19 juga melanjutkan pemulihan secara bertahap. Dengan perkembangan tersebut, ekonomi Sulawesi Selatan untuk keseluruhan tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -0,70% (yoy), menurun dibandingkan dengan tahun 2019 yang tumbuh 6,92% (yoy).

Ditengah perkembangan tersebut, inflasi Sulawesi Selatan untuk keseluruhan tahun 2020 tercatat sebesar 2,04% (yoy) atau berada dalam rentang sasaran Bank Indonesia 3±1%. Capaian inflasi tersebut didukung oleh terjaganya pasokan komoditas pangan strategis ditengah peningkatan curah hujan di akhir tahun serta distribusi pasokan yang lancar.

Terkendalinya inflasi didukung upaya Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Selatan melalui optimalisasi kerja sama antar daerah, komunikasi yang efektif melalui satgas pangan, dan implementasi teknologi pertanian serta digital farming dengan melibatkan pelaku usaha.

Memasuki bulan Januari, tekanan harga kelompok komoditas pangan bergejolak perlu dicermati, ditengah pasokan yang lebih terbatas serta curah hujan yang tinggi.

Kedepannya, ekonomi Sulawesi Selatan diperkirakan akan melanjutkan perbaikan secara bertahap, sejalan dengan perkembangan vaksinasi serta adaptasi masyarakat dan dunia usaha di era new normal yang semakin baik. Penyaluran vaksinasi merupakan game changer bagi ekonomi dan merupakan faktor yang necessary, tetapi tidak sufficient dalam pemulihan ekonomi.

Dibutuhkan kesadaran dan disiplin protokol kesehatan oleh masyarakat melalui pelaksanaan 5M yaitu memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

“Bank Indonesia berupaya untuk mendukung pemulihan sektor produktif secara pengembangan sumber pertumbuhan ekonomi baru di Sulawesi Selatan, diantaranya melalui hilirisasi komoditas unggulan, adaptasi teknologi, dan pengembangan ekonomi syariah,” jelas Budi.

Selain itu, pertumbuhan juga akan didorong melalui optimalisasi Regional Investor Relation Unit (RIRU) untuk mendorong percepatan investasi, perdagangan, dan pariwisata di Sulawesi Selatan.

Lebih lanjut, stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai akan terus dijaga. Percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan melalui Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) juga terus dilakukan.

Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan TPID dalam rangka pengendalian inflasi melalui strategi 4K guna mendukung pemulihan ekonomi.