Imbas Tarif Trump, Pemerintah RI Ungkap Sektor yang Paling Terdampak
RAKYAT NEWS, JAKARTA – Penerapan tarif tambahan sebesar 10% oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump diyakini akan memberi tekanan besar terhadap kinerja ekspor Indonesia.
Menurut pemerintah, dua sektor utama yang terkena dampak paling serius dari kebijakan tersebut adalah industri padat karya dan perikanan.
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu, menjelaskan bahwa industri garmen dan alas kaki, yang merupakan bagian dari sektor padat karya, termasuk yang paling rentan terhadap dampak tarif ini.
Sektor ini dikenal sebagai penyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan memiliki kontribusi signifikan terhadap ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
“Industri padat karya seperti garmen dan alas kaki serta sektor perikanan seperti udang menjadi fokus karena menciptakan lapangan kerja dalam jumlah besar dan berisiko terdampak langsung oleh tarif baru,” kata Mari dalam konferensi pers bersama Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dari Washington secara daring, Jumat (18/4/2025).
Penambahan bea masuk tersebut membuat total tarif atas produk ekspor Indonesia ke AS berpotensi mencapai 47%, sehingga membuat produk Indonesia kurang bersaing dengan negara lain seperti Vietnam dan Bangladesh.
Sebagai bentuk respons atas kondisi ini, pemerintah telah merancang pembentukan satuan tugas khusus untuk tenaga kerja dan PHK, yang bertujuan mengantisipasi kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja secara massal.
Tak hanya itu, paket deregulasi komprehensif juga tengah disiapkan pemerintah guna menurunkan biaya ekonomi dan meningkatkan efisiensi bagi sektor industri yang terdampak langsung.
Pemerintah juga mengambil langkah diplomatik melalui negosiasi tarif, agar produk ekspor unggulan Indonesia bisa memperoleh perlakuan tarif yang lebih adil, serupa dengan negara-negara pesaing utama.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan bahwa Indonesia kini mendorong upaya diversifikasi pasar ekspor ke kawasan seperti Eropa, Amerika Latin, dan Asia Timur, demi mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika Serikat, yang saat ini menyumbang sekitar 10% dari total ekspor nasional.
“Target maksimum dan minimum negosiasi ini sudah berjalan yang penting Indonesia mendapatkan tarif lebih rendah dan juga terkait dengan tarif yang diberlakukan untuk Indonesia seimbang dengan negara-negara lain,”kata Menko.

Tinggalkan Balasan