RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Wakil Menteri Transmigrasi, Viva Yoga Mauladi, mengajak para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya di kawasan transmigrasi. Skala usaha yang hendak diinvestasikan bisa dalam berbagai skala hingga skala besar. Diungkap Kementerian Transmigrasi telah menerima investasi investor dari Swiss yang membutuhkan lahan seluas 10.000 Ha.

Lahan seluas itu hendak dikembangkan tanaman jenis kakao. Di lahan yang ada mereka akan membangun pabrik yang juga membutuhkan sumber daya manusia.

“Model kerja sama pengembangkan bisnis seperti ini masih terbuka lebar di kawasan transmigrasi,” kata Viva dalam acara Outlook Ekonomi 2025 oleh Kamar Entrepreneur Indonesia (KEIND), di Jakarta, Sabtu (22/2/2025).

Industrialisasi di luar Jawa, menurut Viva, sudah diharapkan dan diinginkan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta pada tahun 1946. “Bung Hatta saat itu mengatakan industrialisasi besar-besaran harus segera dibangun di luar Jawa untuk itu diperlukan pemindahan penduduk Jawa sebagai tenaga kerjanya,” tuturnya.

Viva menyebut ada pertanyaan dari sebagaian orang apakah program transmigrasi masih relevan. Mendapat pertanyaan yang demikian, dikatakan pada tahun 2024, Kementerian Transmigrasi memberangkatkan transmigran sebanyak 132 kepala keluarga. “Transmigran sebanyak itu diperoleh dari 7.000 kepala keluarga yang mendaftar,” ucapnya.

Dikatakan sejak transmigrasi dilakukan secara resmi oleh pemerintah pada tahun 1950, telah dipindahkan penduduk dari Jawa dan Bali sebanyak 9 juta jiwa. Mereka dari 2,2 kepala keluarga. Mereka ditempatkan di berbagai provinsi di Indonesia.

Dengan adanya pemindahan penduduk dari Jawa dan Bali ke tempat-tempat yang masih longgar membuat wilayah Indonesia aman dan terjaga dari klaim milik negara lain. “Dengan program transmigrasi inilah sebagai salah satu upaya untuk menjaga wilayah Indonesia”, tambahnya.

Selain untuk menjaga wilayah Indonesia, alasan mengapa Kementerian Transmigrasi dijadikan kementerian tersendiri di masa Presiden Prabowo adalah untuk mengentaskan kemiskinan dan meningkatkan taraf hidup rakyat.

“Jadi tidak benar kalau transmigrasi memindahkan kemiskinan”, tegasnya.
Viva mengutip pernyatan Presiden Soekarno saat Musyawarah Gerakan Nasional Transmigrasi pada tahun 1964 yang mengatakan, transmigrasi itu bukan soal memindahkan kemiskinan tetapi ialah menyebarkan penduduk ke seluruh nusantara. Transmigrasi ini soal mati hidup bangsa kita.

Viva mengatakan, kawasan transmigrasi menjadi kawasan pertumbuhan baru. Dari lahan-lahan yang kosong yang selanjutnya menjadi kawasan transmigrasi hingga terbentuk 1.567 desa, 466 kecamatan, 116 kabupaten/kota, dan 3 provinsi.

“Tiga provinsi itu adalah Sulawesi Barat, Kalimantan Utara, dan Papua Selatan”, ujarnya. “Daerah-daerah itu sekarang menjadi kawasan ekonomi dan pertumbuhan,” tambanya.

Kesuksesan program ini, menurut Viva, tidak hanya menciptakan kawasan ekonomi dan pertumbuhan namun juga mendukung program prioritas pembangunan di Presiden Prabowo yakni mewujudkan swasembada pangan. Dirinya memegang data BPS yang menyatakan kawasan-kawasan transmigrasi adalah lumbung pangan nasional di luar Pulau Jawa.

“Tinggal mensinergikan dengan food estate sehingga keinginan mewujudkan swasembada pangan bisa tercapai,” ujarnya.

Selain Viva, hadir sebagai pembicara dalam Outlook Ekonomi 2025 adalah Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Christina Aryani, Wakil Ketua Komisi VI DPR, Adisatrya Suryo Sulisto, dan Pengamat Ekonomi sekaligus Wakil Ketua Kadin, Aviliani.