RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa pada bulan Agustus 2024, indeks harga konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,03 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya atau month to month (mtm). Sementara itu, dari perspektif tahunan atau year on year (yoy), terjadi inflasi sebesar 2,12 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa tingkat inflasi di tahun kalendar hingga bulan Agustus 2024 sebesar 0,87 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang utama deflasi pada bulan Agustus dengan andil sebesar 0,15 persen.
“Terjadi deflasi di Agustus 2024 yang lebih rendah dibandingkan Juli 2024 dan deflasi keempat di 2024,” ujar Pudji dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Senin (2/9/2024).
Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,23 persen dengan kontribusi inflasi sebesar 0,04 persen. Kelompok bensin dan sigaret kretek mesin (SKM) adalah penyumbang utama inflasi pada komponen harga tersebut.
“Catatan lainnya kelompok pendidikan memberikan andil inflasi 0,65 persen atau mengalami inflasi 0,65 persen. Biaya sekolah dasar atau SD, biaya kuliah, SMA memberikan andil inflasi masing-masing 0,1 persen,” ungkapnya.
Selanjutnya, komponen harga yang bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,24 persen. Bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras menjadi komoditas penyumbang deflasi tersebut.
“Komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,20 persen dengan andil inflasi sebesar 0,13 persen,” kata Pudji.
Pudji menjelaskan bahwa komoditas yang paling berkontribusi dalam inflasi pada komponen inti adalah kopi bubuk, emas perhiasan, biaya sekolah dasar, biaya perguruan tinggi, dan biaya sekolah menengah pertama.
Lebih lanjut, Pudji mencatat bahwa dari total 38 provinsi di Indonesia, 26 di antaranya mengalami deflasi, sementara 12 lainnya mengalami inflasi.
“Deflasi terdalam sebesar 0,39 persen terjadi di Kalimantan Tengah. Sementara inflasi tertinggi terjadi di Papua Barat sebesar 0,31 persen,” pungkasnya.