Meski demikian, Azis menilai masih banyak tantangan dalam pengembangan sistem digital tersebut. Salah satunya adalah kebutuhan sistem yang mampu menyesuaikan diri secara otomatis ketika terjadi deviasi di lapangan.

“Di sinilah pentingnya riset. Ruang eksplorasi sangat terbuka untuk kalangan akademik,” ujarnya saat menjawab pertanyaan dari salah satu dosen peserta workshop.

Dalam paparannya, Azis juga mengulas perkembangan konsep smart port dan green port. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah pelabuhan di bawah naungan Regional 4, seperti Pelabuhan Makassar, Ambon, dan Ternate, telah mulai mengadopsi teknologi ramah lingkungan, termasuk elektrifikasi alat bongkar muat dan penerapan shore connection untuk kapal yang bersandar.

“Kami berkomitmen penuh menuju pelabuhan hijau. Tapi ini bukan tugas satu pihak saja. Semua pemangku kepentingan harus terlibat aktif, termasuk perusahaan pelayaran,” tegasnya.

Azis turut membagikan pengalaman pribadi dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor pelabuhan, mulai dari konektivitas hinterland hingga pengembangan infrastruktur. Ia pun menutup sesi dengan ajakan terbuka kepada institusi pendidikan untuk menjadikan Pelindo sebagai mitra riset dan pengembangan.

“Kami sangat terbuka terhadap kolaborasi penelitian. Banyak ruang yang bisa digali, mulai dari optimalisasi TOS, efektivitas green port, hingga integrasi moda transportasi. Semua itu sangat dibutuhkan untuk menghasilkan kebijakan berbasis data yang mampu menjawab kebutuhan nasional,” pungkasnya. (*)

YouTube player