RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Seorang ekonom dan pengajar dari Universitas Mercubuana, Sugiyono, menyatakan keraguan terhadap target swasembada pangan yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai dalam empat hingga lima tahun mendatang.

Sugiyono berpendapat bahwa langkah yang lebih masuk akal yang dapat diambil oleh pemerintah saat ini bukanlah swasembada pangan, melainkan ketahanan pangan.

“Saya sampaikan yang paling masuk akal itu ketahanan pangan. Bukan swasembada pangan,” kata Sugiyono, Kamis (7/11/2024), mengutip CNNIndonesia.com.

Menurutnya, konsep swasembada pangan seperti yang diterapkan pada masa pemerintahan Soeharto sudah tidak lagi relevan, terutama dalam hal waktu dan biaya.

Sugiyono menekankan pentingnya pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan guna menghindari kelaparan dan masalah gizi buruk di masyarakat, terutama di daerah pedalaman.

“Jangan sampai masih ada yang kesulitan makan beras beras misalnya. Jangan sampai masih ada yang kelaparan lama, sampai busung lapar. Beberapa tempat masih terjadi itu,” katanya.

Menanggapi pernyataan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman tentang ketersediaan lahan pertanian seluas setengah juta hektar, Sugiyono menyatakan bahwa jumlah tersebut jauh dari kebutuhan untuk mencapai swasembada pangan, bahkan dengan menerapkan konsep pertanian modern.

“Menurut saya itu masih kurang untuk bisa swasembada, 3-4 tahun yang akan datang. Walaupun menggunakan konsep modern,” ucap dia.

Sugiyono menegaskan bahwa Indonesia belum pernah berhasil mencapai swasembada pangan, bahkan selama masa pemerintahan Soeharto. Menurutnya, praktek pertanian selama ini hanya berfokus pada peningkatan produksi tanpa memperhatikan kesejahteraan petani.

“Apalagi di budidaya seperti sawah, itu pada posisi desain kebijakannya adalah lebih mengutamakan produksi dibandingkan kesejahteraan petani. Dan itu terus terjadi Dari zaman Pak Harto sampai sekarang,” katanya.

Lebih lanjut, sebagian besar wilayah yang dijadikan lahan pertanian saat ini adalah lahan gambut yang tidak cocok untuk bercocok tanam. Sementara itu, lahan subur seperti di Jawa saat ini mulai dialihfungsikan menjadi kawasan industri.