RAKYAT.NEWS, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyampaikan krisis energi menjadi ancaman Indonesia akibat dari ketergantungan besar dari Indonesia terhadap energi fosil. Ia merinci 42,4 persen energi tanah air dipasok oleh batu bara dan 31,4 persen dari minyak bumi.

Meski kebutuhan besar, ternyata produksi energi itu kurang. “Produksi minyak bumi nasional tidak akan mencukupi kebutuhan nasional. Padahal, konsumsi energi terus meningkat sehingga ketahanan energi akan semakin kritis,” ungkap Arifin dilansir dari CNNIndonesia.com.

Ia mengatakan pemerintah perlu melakukan transisi energi untuk menghadapi ancaman krisis tersebut. Pilihannya adalah beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

Arifin menyebut Indonesia punya potensi EBT yang sangat besar, yakni mencapai 3.000 gigawatt (GW). Menurutnya, pemanfaatan EBT akan terus digenjot mengingat saat ini baru 12,5 GW yang dimanfaatkan.

“Pada roadmap transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE) 2060, seluruh demand listrik disuplai pembangkit listrik EBT dengan total kapasitas sekitar 700 GW. Untuk meningkatkan pembangunan EBT, perlu dibangun infrastruktur super dan smart grid,” tuturnya.

Selain itu, Arifin mengatakan penambahan kapasitas pembangkit listrik EBT semakin meningkat dalam satu dekade terakhir. Bahkan, ia menyebut pembangkit listrik EBT mendominasi pembangkit fosil.

Menurutnya, perusahaan minyak dan gas (migas) saat ini banyak melakukan akuisisi hingga berinvestasi di Indonesia untuk menggarap pembangkit listrik EBT.